Sebagai kaum
empat penjuru mata angin, umat Yahudi ada di seluruh belahan dunia, termasuk di
Indonesia. Mereka berdatangan ke Batavia (Jakarta) sejak masa kolonial Belanda.
Kebanyakan dari mereka saat itu mengeruk uang dengan cara berdagang. Salah satu Yahudi yang paling awal datang ke Jakarta adalah Lendeert Miero alias Juda Leo Ezekiel. Pria Yahudi itu berasal dari salah satu wilayah di Eropa yang sekarang menjadi Ukraina.
Miero merupakan Yahudi yang paling kaya ketimbang orang Yahudi lainnya di Batavia pada masanya.
Kebanyakan dari mereka saat itu mengeruk uang dengan cara berdagang. Salah satu Yahudi yang paling awal datang ke Jakarta adalah Lendeert Miero alias Juda Leo Ezekiel. Pria Yahudi itu berasal dari salah satu wilayah di Eropa yang sekarang menjadi Ukraina.
Miero merupakan Yahudi yang paling kaya ketimbang orang Yahudi lainnya di Batavia pada masanya.
Sebab, Belanda yang saat itu tengah mengeksploitasi Indonesia melalui dua perusahaan multinasionalnya, the Dutch East India Company (VOC) dan the Dutch West Indian Company (WIC), tidak memberi tempat bagi orang Yahudi untuk bekerja.
Identitas Miero akhirnya terbongkar pada tahun 1782, setelah Belanda setuju memberi tempat kepada orang Yahudi. Miero kemudian menjadi seorang juragan penjual emas sekaligus rentenir di Batavia dan memiliki toko di Molenvliet West (sekarang Jl Gajah Mada) Jakarta Pusat. Selain itu, Miero juga dikenal sebagai tuan tanah. Sifat-sifatnya sebagai rentenir dan pedagang emas banyak dibenci warga Batavia.
Dalam buku '9 Dari 10 Kata Bahasa Indonesia Adalah Asing' terbitan Kepustakaan Populer Gramedia disebutkan, bermula dari Miero pula muncul istilah judes. Judes berasal dari judas yang diidentikkan dengan orang Yahudi.
Dari hasil berdagang emas, Miero membeli tanah luas di Pondok Gede. Di atas tanah itu terdapat sebuah rumah besar yang dibangun oleh pemilik pertama, Johannes Hooyman, sekitar tahun 1775. Saking besar rumah itu, penduduk setempat menyebutnya "Pondok Gede."
Nama bangunan itu kemudian menjadi cikal bakal nama sebuah daerah di perbatasan Jakarta Timur dan Bekasi, yakni Pondok Gede.
Tak hanya itu, Miero juga tercatat pernah memiliki sebuah gedung megah di Molenvliet West atau sekarang Jl Gajah Mada 112 Jakarta. Di tempat itu, Miero beserta keluarganya tinggal. Hingga saat ini, gedung itu masih dapat disaksikan yaitu Gedung Arsip Nasional.
Akibat kekayaan yang dimilikinya itu, Miero menjadi populer ketimbang orang Yahudi lainnya di Batavia saat itu. Miero meninggal pada usia 79 tahun atau tepatnya pada tahun 1834. Dia kemudian dimakamkan di tanah miliknya di dekat Pondok Gede yang dimilikinya
Makamnya kemudian dibongkar dan dijadikan rumah hunian penduduk. Bahkan nisannya ikut dicongkel untuk bahan pembuatan bangunan.
Sementara,
kemegahan Pondok Gede yang dimilikinya berakhir pada tahun 1992. Rumah besar
layaknya istana itu dirobohkan untuk dijadikan pertokoan yang saat ini sudah
menjadi Mal Pondok Gede I dan II.
Gedung Arsip. tropen museum
Gedung Arsip. tropen museum